Gregoire Akcelrod lahir di Saint-Germain, di pinggiran kota Paris, dan tumbuh sebagai penggemar berat Paris Saint-Germain. Sejak kecil, dia mengidolakan Zinedine Zidane dan George Weah, bermimpi menjadi pesepakbola profesional seperti mereka.

Karir Akcelrod, jika bisa disebut demikian, dimulai sejak usia belia. Sejak berusia lima tahun, dia menimba ilmu sepakbola di akademi FC Sens hingga usia sebelas tahun. Kecintaannya pada olahraga itu begitu besar hingga dia berjuang keras untuk meraih mimpinya.

Namun, nama Akcelrod tidak dikenal karena prestasinya di lapangan seperti idola-idolanya, Zidane atau Didier Deschamps. Namun, dia terkenal karena keahliannya memanipulasi citra dan mewujudkan impian dengan caranya sendiri.

Semua dimulai ketika ayahnya pertama kali menyaksikan Akcelrod bermain di lapangan sepakbola. Pertunjukan itu jauh dari baik. Ayahnya melarangnya bermain lagi, mengatakan bahwa permainannya buruk. Tetapi bukannya menyerah, Akcelrod mengambil langkah ekstrem untuk meraih impiannya.

Ketika berusia 16 tahun, Akcelrod, yang saat itu masih sekolah di sekolah swasta, mendapatkan inspirasi untuk melangkah lebih dekat ke dunia sepakbola profesional. Dia menggunakan fasilitas komputer di sekolah untuk membuat laman palsu yang seolah-olah dimiliki oleh seorang pemain sepakbola sungguhan.

READ  Cerita Inspiratif dari Lapangan Sepak Bola Indonesia

Dia mengedit informasi dari internet tentang Ronaldo Nazario, mengganti nama pemain terkenal itu dengan namanya sendiri. Tak hanya itu, dia juga menyunting headline artikel dari L’Equipe dan menyisipkan namanya di daftar skuad, yang sebelumnya tertulis Nicolas Anelka.

Beberapa tahun kemudian, dia menambahkan video pertandingan dengan nama dan gambar dirinya sendiri, membuatnya tampak seperti pemain yang aktif. Laman palsu ini dia tunjukkan kepada teman-temannya, yang percaya bahwa itu asli. Dengan bantuan blog palsunya, Akcelrod berhasil kembali ke lapangan sepakbola dan bahkan bermain di luar Prancis.

Akcelrod kembali bermain sepakbola pada usia 17 tahun di Becon les Granits, sebelum pindah ke Racing Club de France. Pengalaman pertamanya di luar negeri adalah bersama klub Belgia, US Givry, di mana dia juga belajar tentang pola makan yang sehat.

Perjalanan karirnya membawanya ke Divisi Pertama Wales bersama Cwbran Town, kemudian ke klub amatir PSG. Bagi Akcelrod, bermain di klub yang dicintainya sudah merupakan kebanggaan, meskipun di divisi terendah Prancis.

READ  Menelusuri Asal-usul Nama dan Simbol Klub Sepak Bola Terkenal

Mimpi Akcelrod tidaklah ambisius. Baginya, menjadi pemain medioker pun sudah cukup, yang penting cita-citanya mencapai level profesional. Namun, mimpi ini hampir pupus ketika dia mengalami cedera serius yang membuatnya harus beralih profesi menjadi karyawan McDonald’s.

Namun, sebuah insiden tak terduga di toko Parc des Princes, stadion PSG, mengubah segalanya. Seorang teman memberinya dorongan baru dengan mengizinkannya masuk ke stadion. Akcelrod mendapatkan ide untuk mencetak jersey dengan namanya sendiri, yang digunakan untuk membuat laman pribadinya. Dengan ini, dia kembali mendapatkan kepercayaan diri dan modal baru dalam pencarian karirnya.

Meskipun ditolak oleh klub-klub besar seperti Chelsea, Manchester City, dan Arsenal, Akcelrod tidak menyerah. Dia yakin ada klub yang bersedia memberinya kesempatan. Panggilan itu datang, dan dia melakukan trial dengan beberapa klub di Inggris, Skotlandia, Australia, dan Amerika Serikat.

READ  Hasil Euro 2024 3 July: Turki Skor Lolos ke 8 Besar!

Pada tahun 2007, Akcelrod bahkan muncul dalam liputan video Skysports setelah trialnya di Swindon, meskipun akhirnya tidak berhasil karena kebohongannya terungkap. Namun, dia tidak menyerah, dan dua tahun kemudian mendapat kesempatan dengan CSKA Sofia di Bulgaria, yang bahkan bermain di kualifikasi Liga Champions Eropa.

Namun, kontraknya dibatalkan setelah kebohongan tentang pengalamannya di PSG terbongkar. Meskipun sempat kembali ke lapangan dengan klub Kanada, Akcelrod akhirnya mengakhiri karirnya sebagai pemain dengan CF Amèrica di Meksiko.

Setelah pensiun sebagai pemain, Akcelrod beralih profesi menjadi agen sepakbola. Dia membuka agensi sendiri, One Soccer Agency, dan berhasil membawa talenta muda seperti Aurelien Tchouameni ke tim profesional.

Meskipun tidak mencapai prestasi gemilang, Akcelrod berhasil membuktikan pada ayahnya bahwa dia bisa meraih karir sebagai pemain profesional dan bahkan meneruskan karir di dunia sepakbola setelah pensiun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here